PULAU Jawa tak dimungkiri jadi pulau utama di Indonesia. Pulau ini sudah sejak lama dijadikan “pangkalan” kolonialisme saat negeri kita belum merdeka.
Beragam etnis pun kumpul di pulau ini. Entah itu dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Papua, hingga tentunya etnis yang memang berasal dari pulau ini, seperti suku Jawa, Sunda, Betawi, hingga Madura.
Tidak dimungkiri pula bahwa Pulau Jawa menyimpan “kegaibannya” sejak sangat lama, bahkan sejak kita mengenal sejumlah kerajaan dari buku-buku sejarah. Banyak versi tentunya yang menaungi sejarah awal mula Pulau Jawa.
Ada yang bilang bahwa Pulau Jawa sudah jadi sebuah koloni dari bangsa Atlantis pada dua milenium (dua ribu tahun) sebelum Masehi. Pulau Jawa baru terpisah dari Atlantis setelah negeri itu hancur.
Versi itu muncul dari sebuah buku karangan CW Leadbeater, Cetakan Pertama 2015 bertajuk ‘The Occult History of Java’. Dalam buku Leadbeater tersebut, dikatakan kala Pulau Jawa masih jadi koloninya Atlantis, ilmu-ilmu hitam dan gaib sudah disebarkan ke penduduk lokal
Para penduduk itu sudah diajarkan paganisme atau penyembah berhala oleh seorang raja yang memuja dewa dengan cara mempersembahkan tumbal. Ya, seperti suku-suku asli di Benua Amerika (Utara dan Selatan), di mana untuk memuja dewa, diperlukan pengorbanan darah dan nyawa manusia.
Seiring berjalannya zaman, mulai datang petualang-petualang dari negeri India dan menyebarkan agama Hindu. Ekspedisi besar-besaran pun sempat dilancarkan seorang raja, Vaivasvata pada tahun 78 Masehi dengan dipimpin seorang spiritual, Aji Saka.
Kedatangan Aji Saka ini bak perlambang kedatangan kebajikan (dharma) Hindu-Budha ke Pulau Jawa. Setelah mengalahkan raja kejam di Pulau Jawa dan menghilangkan pengaruh gaib sebelumnya, Aji Saka menciptakan ketertiban berkehidupan di Tanah Jawa.
Dia juga sekaligus menerapkan sistem Kalender Saka atau kalender Hindu. Kendati begitu, mistisme, ilmu-ilmu klenik dan hal-hal gaib tak serta merta sirna. Justru mulai banyak berkembang ilmu-ilmu gaib yang sifatnya kebatinan dan kejawen.
Memasuki abad 13, Islam mulai datang ke Tanah Jawa dari Kekaisaran Ottoman dengan utusan ulama bernama Syekh Subakir. Datang ke Tanah Jawa, ulama tersebut membawa batu hitam dari Jazirah Arab yang sudah dirajah.
Batu yang konon bernama Rajah Aji Kalacakra itu ditanam di Puncak Gunung Tidar. Sontak, kekuatan gaib yang selama ini mengusik Pulau Jawa bisa ditangkal karena diyakini kala itu, Gunung Tidar merupakan titik utama atau pakunya Pulau Jawa.
Walau begitu, tetap saja ilmu-ilmu halus macam kebatinan yang berkembang jadi ketabiban, kewaskitaan, kanuragan, hingga pengasihan masih ada. Peredaman pengaruh negatif ilmu-ilmu halus itu konon diteruskan para Wali Songo.
Itu dari versi bukunya Leadbeater. Tapi dari sumber-sumber lain, didapati versi di mana Pulau Jawa ini baru mulai dikenal dunia luar setelah kedatangan penjelajah Negeri China, Fa Hien pada tahun 412 Masehi.
Saat datang ke Tanah Jawa, Fa Hien mencatat bahwa dia sudah melihat banyak puing-puing tembikar, hingga lukisan yang menandakan pulau itu sudah berpenghuni dan berbudaya, kendati catatan Fa Hien tak menampilkan detail lainnya.
Itu hanya dua dari sedikit versi tentang misteri sejarah Pulau Jawa. Kalaupun ada catatan atau peninggalan tertulis dari para raja terdahulu, isinya bercampur dengan mitos serta legenda dan minim landasan sejarah murni.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon