Pelantikan Donald Trump diwarnai protes dengan kekerasan. Namun Trump bukan satu-satunya presiden yang diprotes saat dilantik.
Sekali dalam empat tahun, 20 Januari menjadi tanggal sakral bagi rakyat Amerika Serikat. Tanggal itu telah 57 kali berturut-turut menjadi hari pelantikan Presiden AS dan bersumpah melayani rakyatnya. Pada momen ke-58 yang berlangsung 20 Januari tahun ini, Donald J. Trump-lah yang mendapat kesempatan untuk dilantik jadi presiden ke-45.
Trump berhasil mengalahkan Hillary Clinton di putaran pemilu yang sangat sengit. Kemenangan itu rupanya membagi AS jadi dua, dan menjadikan Trump sebagai presiden paling tidak populer. Suara protes bermunculan sejak ia membacakan pidato kemenangannya 8 November kemarin.
Di hari Inaugurasi Trump, protes itu memuncak. Sekitar 500 orang, menutupi wajah mereka dengan masker dan sapu tangan berbaris di pusat kota. Mereka memecahkan jendela Bank of Amerika, gerai McDonald, dan toko-toko Starbucks; semua yang dianggap sebagai simbol kapitalisme Amerika.
Seperti dilaporkan Reuters, kerumunan aktivis yang mengenakan pakaian serba hitam ini juga melempari jendala mobil dan sempat terlibat bentrok dengan polisi huru-hara.
Sementara TIME melaporkan, sejak pagi para pemrotes mengelilingi Washington. Mereka datang dari banyak kalangan, dan memosisikan diri mereka dekat dengan barikade polisi sebagai upaya menghalangi orang yang ingin menuju perayaan itu.
Salah satunya adalah Sunsara Taylor yang menggambarkan dirinya sebagai bagian grup anti-fasisme. Ia dan kelompoknya berbaris di McPherson Square Park, Washington, pusat tempat protes berlangsung. “Dalam nama kemanusiaan, kami menolak untuk menerima seorang Amerika-Fasis. Protes itu benar, tapi yang dibutuhkan lebih dari sekadar protes,” kata Taylor pada TIME.
Dari pantauan TIME, di setiap tikungan Washington, mereka yang ingin merayakan inaugurasi Presiden Trump bertemu dengan mere yang ingin mengacaukannya, sebuah persatuan organisasi yang bekerja sama di bawah tagar #DisruptJ20. Mereka adalah gabungan sejumlah komunitas, di antaranya: anti-kapitalis, Pemrotes Dakota Access Pipeline dari Standing Rock, Advokat Pelegalan Marijuana, Perkumpulan dan Aktivis LGBTQ, Pejuang Keadilan Ras, Pecinta Lingkungan dan Kelompok Pejuang Hak Binatang.
Para anggota #DisruptJ20 memblokir pintu-pintu masuk Washington dengan cara membelit diri mereka dengan rantai besi. Dan menyerukan: “This checkpoint is closed! This checkpoint is closed!”
The New York Times memperkirakan kerumunan di Inaugurasi Trump mencapai 700-900 ribu orang.
Patrick Madden dari NPR mengatakan, “Transisi kekuasaan kadang berbentrokan dengan tanda lainnya dari demokrasi kita—sesuai yang diatur Amandemen Pertama, yaitu hak berkumpul dan protes.” Dalam podcast acara Morning Edition milik NPR, berjudul “A Trip Back In Time: It wouldn't Be Inauguration Day Without Protesters”, ia menggambarkan betapa protes adalah hal biasa yang juga dialami sejumlah presiden AS di Hari Inaugurasinya.
Berdasarkan catatan Jim Bendat, seorang sejarawan, Presiden Amerika Serikat pertama yang diprotes di Hari Inaugurasinya adalah Franklin Pierce, Presiden ke-14 AS pada 1853. Pemrotesnya datang dari sejumlah orang yang mengganggur. Protes dilakukan dengan long march.
Selanjutnya ada Woodrow Wilson. Presiden AS ke-28 diprotes ribuan perempuan pejuang hak politik untuk perempuan sehari sebelum ia dilantik pada 1913. Saat itu, konstitusi AS memang belum memberikan izin perempuan untuk turut mengikuti pemilu.
Selanjutnya yang paling ramai adalah Richard Nixon, Presiden AS ke-37. Jika pendahulu-pendahulunya diprotes di pelantikannya yang pertama, Nixon yang dilantik untuk periode kedua diprotes di Hari Inaugurasi keduanya pada 1973. Ia diprotes kelompok anti-Perang Vietnam karena memperpanjang perang di Vietnam. Inaugurasi Nixon kala itu dihadiri sekitar 25-30 ribu orang, salah satu paling ramai di masanya.
Cukup lama inaugurasi tak diwarnai protes, George W. Bush, Presiden AS ke-43, akhirnya menjadi presiden berikutnya yang menghadapi gelombang protes di hari inaugurasi. Ia diprotes National Organization for Women, karena ianggap curang pada pemilunya di Inaugurasi Pertamanya, 2001.
Tapi, menurut Bendat, semua protes itu selalu berujung damai. Para pemrotes selalu pulang damai. Mereka ingin menunjukkan perasaan mereka, tapi dengan cara damai.
Protes pada hari inaugurasi Presiden Trump adalah hal yang baru. Mereka sangat terorganisir dan bergerak sistematis. Banyak media yang meramalkan kalau akan banyak protes yang muncul. Tapi banyak pula yang tak menyangka protes ini berbuah tindak kekerasan.
Ryan Shiring (21) salah satunya. Pendukung Trump ini bersama beberapa temannya berdiri di dekat tumpukan sampah, gugup. “Kami pikir memang bakal ada protes, tapi kami tak menduga kekerasan,” kata Shring pada Reuters.
Pada inaugurasi kali ini, setidaknya 217 orang ditahan, dan 6 orang polisi terluka, seperti dilaporkan Reuters.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ConversionConversion EmoticonEmoticon